Perayaan Tahun Baru
Imlek pada tahun 2015 ini jatuh pada tanggal 19 Februari. Menurut sejarahnya,
permulaan Tahun Baru Tionghoa ini dihitung dari hari lahir Confucius, sebagai penghormatan kepadanya oleh
kaisar; dan pada kalender Gregorian/Masehi, hari raya ini jatuh antara tanggal
21 Januari dan 20 Februari.
Hari raya ini
sejatinya merupakan perayaan menyambut awal musim panen, dan malam pergantian
tahun (disebut juga Chunxi) biasa
ditandai dengan berkumpulnya seluruh anggota keluarga besar untuk makan bersama
dan penyalaan kembang api, dan orang saling memberi salam dengan ucapan "Gong xi fa cai", yang berarti
"Selamat dan semoga banyak rezeki". Perayaan ini telah menjadi bagian
dari kebudayaan tradisional Indonesia selama berabad-abad, sebagaimana juga di
negara-negara tetangga kita yakni Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dll.
Bagi kamu yang
mempercayainya, tahun Kambing Kayu yang
akan kita masuki di 2015 ini diprediksi akan membawa peruntungan yang baik,
khususnya bagi bisnis properti, elektronik, dan home
security, namun tidak demikian halnya bagi bisnis yang berorientasi pada
air (misalnya perikanan), begitu juga travel, penerbangan, dan ekspor impor.
Sedikit advice dari saya: Bagi kamu yang
berkecimpung di bidang-bidang usaha tersebut (baik yang diprediksi beruntung
maupun tidak), terlepas dari kamu mempercayainya atau tidak, jadikan itu
isyarat untuk meninjau kembali dan mempertajam perencanaan dan strategi bisnis
kamu. Well, sebenarnya ini berlaku bagi
bisnis apa pun yang kamu geluti, dan berlaku kapan pun. ^_^
Konon, mereka yang
ber-shio Kambing memiliki karakter
cerdas, elegan, artistik, senang kedamaian, tapi juga seringkali pemurung,
pemalu, dan cenderung lari dari masalah, ketimbang menghadapi dan
memperbaikinya. Jika kamu ber-shio
Kambing, ini baik juga untuk bahan introspeksi. ^_^
Asal-usul Imlek
Kamu tahu nggak, kenapa perayaan Tahun Baru Imlek selalu identik atau didominasi warna merah? Ceritanya gini nih:
Konon di zaman
dahulu, adalah seekor monster raksasa pemakan manusia
yang sangat ganas, bernama Nian. Dia
biasanya muncul pada saat-saat menjelang pergantian tahun. Yang dimakannya
bukan cuma manusia, tapi juga ternak dan hasil panen penduduk. Rakyat menjadi
sangat takut, tapi tidak dapat berbuat apa-apa. Yang dapat mereka lakukan hanya
menyediakan sekadar "sesajen" berupa makanan di depan pintu-pintu
rumah mereka agar si raksasa tidak mengganggu mereka.
Raksasa Nian |
Itu sebabnya warna
merah dipandang memilki kekuatan/energi positif yang mampu menghalau bad luck (kesialan) yang berusaha menguasai
umat manusia, sebagaimana dilambangkan oleh raksasa Nian itu. Bahkan ungkapan
dalam bahasa Tionghoa "Guo nian" yang umumnya diartikan
"merayakan Tahun Baru", sesungguhnya secara harafiah berarti "mengusir
Nian".
Versi lain
menyebutkan, raksasa Nian itu dibuat ketakutan oleh seorang pria tua pendatang
di desa tersebut, yang berinisiatif memasang selembar kertas besar berwarna
merah di depan pintu rumah tempatnya menumpang, sambil membunyikan berbagai
bunyi-bunyian dengan drum, gong dan petasan untuk menghalaunya. Ini pula yang
menjadi cikal-bakal tradisi membunyikan tabuh-tabuhan dan menyalakan kembang
api pada perayaan Tahun Baru Imlek.
Demikianlah
kisahnya. ^_^
Tradisi Imlek
Salah satu tradisi
unik pada perayaan Tahun Baru Imlek adalah membersihkan
rumah menjelang hari-H, yang dipercaya sebagai simbol pembersihan dari
segala keburukan pada tahun lama yang akan segera berlalu. Sebaliknya, pada
hari H/perayaan Tahun Baru, menyapu/membersihkan rumah justru sangat
dipantangkan, karena dianggap akan membuang keberuntungan di tahun itu.
Rumah juga dicat dan didekorasi ulang, antara lain
ditempeli lembaran-lembaran kertas berwarna merah bertuliskan kalimat-kalimat
bertemakan kebaikan dan keberuntungan.
Tradisi membagi-bagi angpao juga merupakan salah satu
keunikan perayaan ini, yang dipercaya sebagai transfer energi, rezeki dan
keberuntungan. Yang telah berkeluarga membagikannya kepada yang masih lajang,
begitu juga yang mampu kepada yang kurang mampu atau berkekurangan.
Tradisi lainnya yang
boleh dibilang "wajib" hukumnya pada
perayaan Tahun Baru Imlek adalah pertunjukan Liong (naga) dan Barongsai
(singa), yang dipercaya melambangkan kebahagiaan dan kesenangan. Sempat
dilarang untuk
dipertunjukkan secara terbuka pada zaman rezim Orde Baru dengan
Inpres No. 14/1967, tapi dengan dicabutnya Inpres tersebut oleh almarhum presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 2000, kini pertunjukan ini dapat diadakan secara
bebas dan ditonton oleh umum. Bagaimana dengan di kota kamu? ^_^
Salah satu hidangan
"wajib" pada perayaan Tahun Baru Imlek adalah kue keranjang (Nian Gao), yang berbentuk seperti keranjang
(sesuai wadah cetakannya) dan terbuat dari tepung ketan dan gula. Di negeri
asalnya, Tiongkok, ada kebiasaan untuk menyantap kue keranjang ini lebih dahulu
sebelum menyantap nasi, simbolisasi dari pengharapan akan keberuntungan dalam
pekerjaan/usaha di sepanjang tahun yang akan dimasuki. Kue ini juga seringkali
disusun bertingkat-tingkat sebagai perlambang peningkatan rezeki dan
kemakmuran. Sedang bentuknya yang bulat melambangkan harapan agar keluarga
tetap rukun, bersatu dan bulat tekad dalam menghadapi hari-hari ke depan.
Perayaan Tahun Baru Imlek terasa kurang meriah tanpa kehadiran lampion. Menjelang dan selama perayaan ini, asesori "wajib" ini menghiasi sudut-sudut jalan, klenteng dan rumah keluarga-keluarga yang merayakannya. Lampion melambangkan harapan akan kebahagiaan dan rezeki yang lebih baik di tahun baru, selain dipercaya dapat mengusir kekuatan jahat, yang dipersonifikasi oleh raksasa Nian itu. Sejatinya lampion tradisional Imlek pun berwarna merah, tapi seiring perkembangan zaman dibuatlah lampion dengan berbagai warna dan corak; bahkan dilengkapi berbagai fitur menarik. Misalnya, lampion yang dapat terbang. ^_^
Kue Keranjang |
Perayaan Tahun Baru Imlek terasa kurang meriah tanpa kehadiran lampion. Menjelang dan selama perayaan ini, asesori "wajib" ini menghiasi sudut-sudut jalan, klenteng dan rumah keluarga-keluarga yang merayakannya. Lampion melambangkan harapan akan kebahagiaan dan rezeki yang lebih baik di tahun baru, selain dipercaya dapat mengusir kekuatan jahat, yang dipersonifikasi oleh raksasa Nian itu. Sejatinya lampion tradisional Imlek pun berwarna merah, tapi seiring perkembangan zaman dibuatlah lampion dengan berbagai warna dan corak; bahkan dilengkapi berbagai fitur menarik. Misalnya, lampion yang dapat terbang. ^_^
Tipikalnya perayaan
Tahun Baru Imlek berlangsung selama 15 hari. Pada hari terakhir perayaan itu,
yang juga disebut Cap Go Meh (yang
berarti "hari ke-15"), biasanya diadakan berbagai kegiatan perayaan.
Di Taiwan, misalnya, hari itu ditandai dengan diadakannya Festival Lampion. Konon, perayaan ini
ditetapkan oleh Kaisar Han Wu Di pada
tahun 180 s.M., untuk merayakan penobatannya sebagai kaisar pada tanggal 15
bulan pertama tahun itu.
Itulah sekelumit
mengenai perayaan Tahun Baru Imlek. Bagi kamu yang merayakannya, tidak lupa
saya ucapkan:
Gōng Xǐ Fā Cái, Xīn
Nián Kuài Lè
恭喜發財 新年快樂
Semoga Tahun Baru
ini membawa kebahagiaan dan rezeki berlimpah, Amen! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar